Cadar?? Batasan Aurat dengan yang Non-Mahrom
Secara umum para ulama berbeda pendapat tentang batasan aurat wanita didepan yang bukan mahrom nya menjadi 2 pendapat
Pertama, Seluruh tubuh muslimah aurat kecuali wajah dan telapak tangan, dan ini merupakan pendapat yang masyhur dalam Madzhab Imam Asy-Syafii, berdasarkan hadits dari Aisyah Radhiallahu Anha
أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ، فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ : " يَا أَسْمَاءُ، إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا ". وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
قَالَ أَبُو دَاوُدَ : هَذَا مُرْسَلٌ ؛ خَالِدُ بْنُ دُرَيْكٍ لَمْ يُدْرِكْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
“Bahwa Asma binti Abu Bakr masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun berpaling darinya. Beliau bersabda: "Wahai Asma`, sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya, Abu Daud Berkata : Hadits ini Mursal, Kholid Bin Duraik tidak ketemu Aisyah Radhiallahu anha
(H. R Abu Daud no 4101)
Kedua, Seluruh tubuh muslimah itu aurat yang didalamnya wajah dan ini merupakan pendapat dari Madzhab Imam Abu Hanifah, dan juga pendapat yang shohih dalam Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal, dan juga pendapat Ulama dalam Madzhab Imam Malik, dan beberapa ulama lainnya memandang bahwa ini aurat.
Berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Allah Azza Wajalla berfirman
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّبِیُّ قُل لِّأَزۡوَ ٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاۤءِ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ یُدۡنِینَ عَلَیۡهِنَّ مِن جَلَـٰبِیبِهِنَّۚ ذَ ٰلِكَ أَدۡنَىٰۤ أَن یُعۡرَفۡنَ فَلَا یُؤۡذَیۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورࣰا رَّحِیمࣰا
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
(Q. S Al-Ahzab : 59)
Beberapa ulama seperti Imam Al-Jashosh Rahimahullah mengatakan bahwa ayat ini menunjukan bahwasannya seorang wanita diperintahkan untuk menutup seluruh badannya termasuk wajahnya, didepan yang bukan mahromnya, maka dia tidak membiarkannya terbuka. (Ahkamul Qur’an lil Jassos 5/245).
Dan dalil yang kedua terdapat dalam dalam surat Al-Ahzab ayat 53
وَإِذَا سَأَلۡتُمُوهُنَّ مَتَـٰعࣰا فَسۡـَٔلُوهُنَّ مِن وَرَاۤءِ حِجَابࣲۚ ذَ ٰلِكُمۡ أَطۡهَرُ لِقُلُوبِكُمۡ وَقُلُوبِهِنَّۚ
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka”.
(Surat Al-Ahzab 53)
Imam Al-Qurthubi Rahimahulah berkata dalam tafsirnya
“Maka ini adalah perintah yang bersifat umum, dan hal ini tidak khusus untuk ummmahatul Mukminin”
(Tafsir Al-Qurthubi : 24/227)
Syaikh Ash-Syinqithi rahimahulah juga berkata dalam tafsirnya Adwaul Bayan, Bahwa beliau berkata tentang ayat ini menunjukan bahwa hendaknya tertutup seluruh badan wanita didepan laki-laki ajnabi (Adwaul Bayan : 6/248)
Apalagi dengan zaman sekarang ini dengan maraknya kemaksiatan, maka sungguh lebih baik dan lebih utama seorang wanita untuk menutup auratnya termasuk wajahnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga pernah bersabda Dari Sahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu anhu
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
"Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki”.
(HR. At-Tirmidzi no 1173, Ibnu Khuzaimah no 1685, Ibnu Hibban no 5599, dan dishohihkan Al-Albani dalam Irwa Al-Gholil no 273, dan dishohihkan Al-Wadii dalam Shohihul Musnad no 863)
Syaikh Manshur Al-Buhuti Rahimahulah, beliau ulama dalam Madzhab Hanbali beliau berkata
أنَّ وَصفَ المرأةِ بكَونِها عَورةً يدُلُّ على لُزومِ سَترِ كُلِّ جَسَدِها، ومنه الوجهُ والكَفَّان
“Bahwasannya sifat seorang wanita dengan jenisnya itu menunjukkan bahwa harusnya menutup seluruh badannya, termasuk Wajah dan kedua telapak tangannya”
(Kassyaful Qina’ : 1/226)
Dalam Hadits panjang yang diriwiyatkan oleh Aisyah Radhiallahu anha, tentang peristiwa Al-Ifki yaitu fitnah kepada Aisyah Radhiallahu anha yang berbuat serong dengan Shafwan Bin Muatthal Radhiallahu anhu yang dilontarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, Seorang Kepala Munafikin pada Zaman Rasul . Beginilah kisahnya...
وَكَانَ صَفْوَانُ بْنُ الْمُعَطَّلِ السُّلَمِيُّ ثُمَّ الذَّكْوَانِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْجَيْشِ فَأَصْبَحَ عِنْدَ مَنْزِلِي فَرَأَى سَوَادَ إِنْسَانٍ نَائِمٍ فَأَتَانِي وَكَانَ يَرَانِي قَبْلَ الْحِجَابِ
“Adalah Shafwan bin Muaatthal as-Sulamiy adz-Dzakwan datang dari belakang rombongan pasukan hingga dia menghampiri tempatku dan dia melihat ada tanda orang sedang tidur. Maka dia mendatangiku. Dahulu sebelum turun ayat hijab, dia pernah melihat aku”.
(H.R Bukhori no 2661)
Syaikh Bin Baz Rahimahullah Berkata mengenai hadits ini
وكان يراني قبل الحِجابِ فيه دليلٌ على أنّ النِّساءَ بعد نزولِ آيةِ الحِجابِ مأموراتٌ بسَترِ الوَجهِ
“(Dahulu sebelum turun ayat hijab, dia pernah melihat aku), dan ini merupakan dalil bahwa wanita setelah ayat hijab turun, diperintahkan untuk menutup wajah”
(Majmu’ Fatawa Bin Baz : 5/46)
Terdapat Atsar dari Shahabiyyat, dari Fatimah Binti Al-Mundzir, dari Asma’ Binti Abi Bakar Radhillahu anha, Beliau Berkata
كُنَّا نغَطِّي وُجوهَنا مِن الرِّجالِ، وكُنَّا نَمتَشِطُ قَبلَ ذلك في الإحرامِ
“Keadaan kami menutup wajah kami dari lelaki, dan kami menyisir sebelum itu, dalam melaksanakan ihram”.
( Ibnu Khuzaimah no 2690, Hakim no 1668, dan dishohihkan dengan Syarat Bukhori Muslim oleh Al-Hakim dalam Irwa Al-Gholil : 4/212)
Syaikh Bin Baz Rahimahullah berkata mengenai atsar tersebut
كُنَّا نغطِّي وُجوهَنا مِن الرِّجالِ فيه دليلٌ على وجوبِ سَترِ المرأةِ وَجهَها عن غيرِ المحارِمِ، ولو كانت في حالِ الإحرامِ
“(Asma' Binti Abi Bakr Berkata : Keadaan kami menutup wajah kami dari lelaki), didalamnya merupakan dalil bahwa wajib bagi seorang wanita menutup wajahnya kepada yang bukan Mahromnya, Walaupun dalam keadaan Ihrom”
(Majmu' Fatawa Bin Baz : 3/356)
Dan terdapat Atsar Sahabiyyat bagaimana mereka menutup jilbab mereka
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَمَرَ اللَّهُ نِسَاءَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا خَرَجْنَ مِنْ بُيُوتِهِنَّ فِي حَاجَةٍ أَنْ يُغَطِّينَ وُجُوهَهُنَّ مِنْ فَوْقِ رُؤُوسِهِنَّ بِالْجَلَابِيبِ وَيُبْدِينَ عَيْنًا وَاحِدَةً
“Ali bin Abi Tholhah berkata, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Allah telah memerintahkan kepada wanita beriman jika mereka keluar dari rumah mereka dalam keadaan tertutup wajah dan atas kepala mereka dengan jilbab dan yang nampak hanyalah satu mata.”
(Tafsir Ibnu Katsir : 6/425)
Hendaklah seorang muslimah yang baik juga menjaga suaranya dengan melembut-lembutkannya didepan ajnabi atau yang bukan mahromnya, dimanapun itu baik secara langsung atau dengan via telepon
Walllahu A'lam Bishhowwab
Oleh : Rizqi Mujahid Fillah
Di sini saya perlihatkan photo-photo wanita pada abad 19 yang berada di timur Tengah, dan membuktikan bahwa cadar bukan adat saudi, cadar adalah bagian dari islam itu sendiri
1. Negara Libya tahun 1911 M, sebelum dilarang pemerintah sebelum itu
5. Negara Lebanon
6. SARAJEVO, BOSNIA (Eropa)
7.Negara Maroko
8. Negara Irak, Kuwait, UEA, BOSNIA Herzegovina
Komentar
Posting Komentar