Hukum Isbal Menurut Ulama

HUKUM ISBAL DENGAN SOMBONG

Telah sepakat para ulama bahwa Isbal dengan sombong adalah perkara yang diharamkan,  dan inilah pendapat jumhur Ulama,  dan juga merupakan kesepakatan 4 Madzhab yakni Madzhab Hanafi,  Madzhab Maliki,  Madzhab Syafii,  dan juga Madzhab Hanbali

Imam Nawawi Rahimahullah,  Seorang Ulama yang masyhur dalam madzhab Syafi’i,  beliau berkata

يَحْرُمُ إطَالَةُ الثَّوْبِ وَالْإِزَارِ وَالسَّرَاوِيلِ عَلَى الْكَعْبَيْنِ لِلْخُيَلَاءِ
"Diharamkan menjulurkan pakaian dan sarung dan celana dibawah mata kaki untuk yang sombong”.
(Al-Majmu’ : 4/454)

Syaikh Bin Baz Rahimahullah berkata

لا يجوزُ إسبالُ الثِّيابِ خُيَلاءَ، وأنَّه مِن كبائِرِ الذُّنوبِ 
"Tidak boleh (seseorang) Isbal pakaian dengan sombong,  karena ia termasuk dalam dosa-dosa besar"
(Majmu Fatawa Bin Baz  : 8/275)

HUKUM ISBAL TIDAK SOMBONG

Secara umum hukum isbal terbagi menjadi 2 pendapat, diantaranya

Pendapat pertama : Secara garis besar menyebutkan bahwa hukum nya “Al-Jawaz Ma’al Karahah”, boleh tetapi hal ini dimakruhkan,  ini merupakan pendapat kebanyakan yang mengikuti 4 Madzhab.  

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata : 

ويكره إسبال القميص والإزار والسراويل؛ لأن النبي - صلى الله عليه وسلم - أمر برفع الإزار. فإن فعل ذلك على وجه الخيلاء حرم، لأن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه» . متفق عليه

Dan dimakruhkan isbal pakaian,  sarung dan celana,  karena  Nabi Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk menaikkan pakaian,  dan jika dilakukan nya secara sombong maka haram, karena Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang menjulurkan atau melabuhkan pakaiannya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya 
(Al-Mughni : 1/418)

Imam Nawawi Rahimahullah,  yang merupakanulama besar dalam Madzhab Syafii, beliau berkata : 

وَيُكْرَهُ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ
"Dan dimakruhkan tanpa sombong,  dan ini  nash Imam Syafii" 
(Al-Majmu’ : 4/454)

Pendapat kedua : bahwa isbal hukumnya haram secara mutlak,  dan ini terdapat dalam Riwayat Madzhab hanbali dan dari Imam Ahmad Rahimahullah, yang dinukil oleh Ibnu Muflih Rahimahullah berkata

قال أحمد رضي الله عنه أيضاً: ما أسفل من الكعبين في النار لا يجر شيئاً من ثيابه. وظاهر هذا التحريم

"Imam Ahmad Radhiyallahu anhu berkata : Apa saja yang di bawah kedua mata kaki di dalam neraka. Tidak menjulurkannya sesuatu dari pakaian nya,  secara Dzohir ini adalah Haram"
  (Adabus Syar’iyyah : 3/521).

Saudaraku,  Rahimakallah, dalam suatu hadits shohih disebutkan,  kisah seseorang yang kakinya menjulur kebawah,  kemudian Rasulullah menasehatinya untuk dinaikan,  namun seorang tersebut berkata bahwa kakinya saling beradu yakni cacat,  namun Rasulullah tidak memberikan udzur kepada seorang tersebut.  Dan ini kisahnya.. 

أَبْصَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَجُرُّ إِزَارَهُ، فَأَسْرَعَ إِلَيْهِ - أَوْ هَرْوَلَ - فَقَالَ : " ارْفَعْ إِزَارَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ ". قَالَ : إِنِّي أَحْنَفُ تَصْطَكُّ رُكْبَتَايَ. فَقَالَ : " ارْفَعْ إِزَارَكَ ؛ فَإِنَّ كُلَّ خَلْقِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حَسَنٌ ". فَمَا رُئِيَ ذَلِكَ الرَّجُلُ بَعْدُ إِلَّا إِزَارُهُ يُصِيبُ أَنْصَافَ سَاقَيْهِ، أَوْ إِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang laki-laki yang menjulurkan kainnya, maka beliau pun segera menyusulnya dan bersabda: "Angkatlah kainmu dan Bertaqwalah kepada Allah." Laki-laki itu berkata, "Saya adalah seorang yang kaki dan kedua lututnya bengkok." Beliau bersabda: "Angkatlah sarungmu (pakaian), karena setiap ciptaan Allah 'azza wajalla adalah baik." Maka laki-laki itu tidak pernah lagi dilihat, kecuali panjang kainnya hanya sebatas setengah betisnya hingga mati”. 
(H.R Ahmad no 19475, At-Thohawi dalam Musykilil Atsar 2/287, dan dishohihkan Al-Albani no 1441)

Saudaraku,  Rahimakallah,  beberapa dari kita juga beralasan dengan kisahnya Abu Bakar,  bahwa beliau boleh isbal,  mari perhatikan haditsnya dengan seksama..! 

مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ "، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ : إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي، إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَعُ ذَلِكَ خُيَلَاءَ 
"Siapa yang menjulurkan pakaiannya (hingga ke bawah mata kaki) dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat kelak." Lalu Abu Bakar berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu dari sarungku terkadang turun sendiri (melorot) kecuali jika aku selalu menjaganya darinya (untuk tidak turun)?" lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Engkau bukan termasuk orang yang melakukan hal itu karena sombong." 
(H. R Bukhori : 3665)

Ada beberapa hal yang harus dicermati tentang keadaan Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu, diantaranya

1. Tidak ada faktor kesengajaan isbal dari Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu,  karena dalam hadits itu disebut bahwa pakaiannya melorot. 
2. Upaya Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu untuk selalu menaikkan kembali pakaiannya jika turun menutupi mata kaki,  dengan berkata
 إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ 
"Kecuali jika aku selalu menjaganya darinya (untuk tidak turun)"
maka sungguh miris jika ada seorang yang mengatakan bahwa beliau Radhiyallahu anhu isbal, dan ini seperti bentuk tuduhan kepada beliau,  Wallahul Mustaan. 
3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam merekomendasi Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu sebagai orang yang tidak sombong. 
Pertanyaannya, “Apakah riwayat tentang Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu dapat disamakan dengan kita yang dengan sengaja  melakukan isbal? Apakah kita selalu berusaha menaikkan celana jika mulai menutupi mata kaki? Siapa yang merekomendasi kita bebas dari sikap sombong?”
Ibnu Hazm Rahimahullah juga pernah berkata 

وأمَّا من استرخى ثوبُه، حتى مسَّ كعْبَه؛ ففَرْضٌ عليه أن يرفَعَه
Dan Adapun yang melorot pakaiannya,  sampai menyentuh kedua mata kakinya,  maka wajib ia untuk mengangkatnya  
(Al-Mahalli : 2/392)

Ibnul Arabi,  Seorang Ulama Besar dalam Madzhab Maliki, beliau Rahimahullah berkata
  
لا يجوز للرجل أن يجاوز بثوبه كعبه ويقول لا أجره خيلاء لأن النهي قد تناوله لفظا ولا يجوز لمن تناوله اللفظ حكما أن يقول لا أمتثله لأن تلك العلة ليست في فإنها دعوى غير مسلمة بل إطالته ذيله دالة على تكبره اه ملخصا وحاصله أن الإسبال يستلزم جر الثوب وجر الثوب يستلزم الخيلاء ولو لم يقصد اللابس الخيلاء

"Tidak boleh bagi seorang laki-laki memanjangkan pakaiannya sampai mata kaki sambil mengatakan saya tidak memanjangkannya karena sombong. karena larangan itu mencakup lafadz yang diucapkan. dan hasilnya adalah bahwa isbal itu menyebabkan terseretnya pakaian. dan menyeret pakaian itu menyebabkan sombong. Walaupun orang yang berpakaian itu tidak bermaksud demikian” 
(Fathul Bari 1/264)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah, Shohib Fathul Bari Syarh Shohihil Bukhori,  seorang ulama besar dan Masyhur dalam Madzhab Syafii beliau berkata

وفي هذه الأحاديثِ أنَّ إسبالَ الإزارِ للخُيَلاءِ كَبيرةٌ، وأمَّا الإسبالُ لغَيرِ الخُيَلاءِ، فظاهرُ الأحاديثِ تَحريُمه

“Dan Dalam banyaknya hadits bahwasanyya Isbal sarung (pakaian)  bagi yang sombong,  maka termasuk dosa yang besar,  dan Adapun Isbal tanpa diikuti dengan sombong,  Maka secara dzohir hadits-hadits mengharamkannya.

Beliau Rahimahullah juga melanjutkan

وحاصله: أن الإسبال يستلزم جرَّ الثوب، وجرُّ الثوب يستلزم الخيلاء، ولو لم يقصد اللابس الخيلاء، ويؤيده: ما أخرجه أحمد بن منيع من وجه آخر عن ابن عمر في أثناء حديث رفعه: وإياك وجر الإزار؛ فإن جر الإزار من المخِيلة

Dan Hasilnya : bahwasanyya Isbal menyebabkan terseretnya pakaian,  dan Menyeretnya pakaian menyebabkan seorang sombong,  walaupun yang berpakaian itu tidak bermaksud yang demikian,  Dan yang menguatkanya hadits yang dikeluarkan oleh Ahmad bin Muni’ dari sisi yang lain,  dan Hadits Ibnu Umar,  dipertengahan haditsnya “Jauhilah dalam menyeret pakaian (Isbal) dalam memakai kain sarung (pakaian). Karena Isbal itu (sendiri) adalah kesombongan. 
(Fathul Bari : 10/264)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata

وإن كان الإسبالُ والجَرُّ منهيًّا عنه بالاتِّفاقِ، والأحاديثُ فيه أكثَر، وهو مُحرَّمٌ على الصَّحيح
"Dan jika isbal dan menyeret nya terlarang secara ittifaq (kesepakatan ulama),  dan Hadist-hadits (yang membahas tentangnya) banyak sekali,  dan yang benar bahwa hukumnya Haram".
(Iqtidho Shirotul Mustaqim : 383)

Imam Ash-Shon’ani Rahimahullah,  Shohibus Subulus Salam Syarh Bulughil Maram juga berkata tentang keharamannya dalam kitabnya berjudul “Istifa’ul Aqwal Fi Tahrimil Isbal ‘Alar Rijal”, yang artinya Kumpulan perkataan tentang Haramnya Isbal bagi laki-laki” Beliau Rahimahullah berkata dalam kitabnya

وقد دلَّت الأحاديث على أن ما تحت الكعبين في النار، وهو يفيد التحريم، ودل على أن من جَرَّ إزاره خيلاء لا يَنْظر الله إليه، وهو دال على التحريم، وعلى أن عقوبة الخيلاء عقوبة خاصة هي عدم نظر الله إليه، وهو مما يُبْطل القول بأنه لا يحرم إلا إذا كان للخيلاء

Dan sungguh banyak hadits yang menunjukan apa yang dibawah mata kaki dineraka,  yaitu menunjukan pengharaman, dan juga menunjukan bahwa siapa yang menjulurkan sarungnya (pakaiannya)  dengan sombong,  maka Allah tidak akan melihatnya, dan juga menunjukan pengharamannya,  dan hukuman bagi yang sombong hukumannya itu secara khusus yaitu Allah tidak akan memandangya,  dan ini juga membatalkan perkataan bahwa hukumnya Tidak haram kecuali apabila ia melakukannya dengan sombong ( 1/26)

Ulama besar kontemporer juga berkata tentang keharaman isbal tidak sombong,  Syaikh  Bin Baz Rahimahullah berkata,  mengomentari dua hadits tentang isbal

هذان الحديثانِ يُبَيِّنانِ أنَّه لا يجوزُ إسبالُ الثِّيابِ للرَّجُلِ، وأنَّ ذلك مع الخُيَلاءِ يكونُ أشَدَّ إِثمًا وأعظَمَ جَريمة

“Dua Hadits ini menjelaskan tidak boleh isbal pakaian untuk laki-laki,  dan jika ia melakukannya dengan sombong maka ia lebih besar dosanya,  dan paling besar kejahatannya”.
(Fatawa Bin Baz : 8/275)

Begitupun Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah berkata akan keharamannya secara mutlak

والصَّحيحُ أنَّه حرامٌ، سواءٌ أكان لخُيَلاءَ أم لغيرِ خُيَلاءَ، بل الصَّحيحُ أنَّه مِن كبائِرِ الذُّنوب

Dan yang tepat,  bahwa hukumnya Haram,  baik itu secara sombong atau tidak disertai dengan sombong,  Dan yang tepat bahwasanya isbal merupakan dari dosa-dosa besar” 
(Syarh Riyadlus Sholihin : 4/287)

Diakhir saya nukil perkataan,  Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah,  seorang Ulama besar dalam Madzhab Syafii,  membantah tentang seorang yang isbal dengan mengatakan bahwa saya tidak melakukannya dengan sombong

وكذلك ترى الفقيه المترف إذا ليم في تفصيل فَرَجِيَّة تحت كعبيه، وقيل له: قد قال النبي صلى الله عليه وسلم: (ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار)، يقول: إنما قال هذا فيمن جر إزاره خيلاء، وأنا لا أفعل خيلاء ؛ فتراه يكابر، ويبرئ نفسه الحمقاء، ويعمد إلى نص مستقل عام، فيخصه بحديث آخر مستقل بمعنى الخيلاء، ويترخص بقول الصديق: إنه يا رسول الله يسترخي إزاري؛ فقال: (لست يا أبا بكر ممن يفعله خيلاء) !فقلنا: أبو بكر رضي الله عنه لم يكن يشد إزاره مسدولا على كعبيه أولاً، بل كان يشده فوق الكعب، ثم فيما بعد يسترخي. وقد قال عليه السلام: (إزرة المؤمن إلى أنصاف ساقيه، لا جناح عليه فيما بين ذلك وبين الكعبين)، فمثل هذا في النهي من فصَّل سراويل مغطياً لكعابه، ومنه طول الأكمام زائداً، وكل هذا من خيلاء كامن في النفوس) انتهي

Dan Demikian bagaimana pendapatmu? dengan seorang faqih yang hidup dalam kemewahan yang mengukur pembuatan bajunya dalam jubah (yang longgar yang biasa dipakai ulama dan qodhi),  dibawah mata kaki,  Dan dikatakan kepadanya : Bahwasannya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda  “Apa saja yang di bawah kedua mata kaki di dalam neraka.” Dia berkata mengomentari hadits ini : Sesungguhnya hadits ini bagi yang menjulurkan atau memanjangkan sarung (pakaian)  nya dengan sombong,  sedangkan saya tidak melakukan (isbal)  dengan sombong,  maka dia  terlihat sombong, dan dirinya berlepas dari kebodohan, dan bermaksud pada hadits yang (maknanya) terpisah dan umum,  maka dikhususkan dengan hadits yang lain dengan Hadits terpisah dengan makna sombong,  dan memgambil rukhsoh dengan perkataan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu anhu “Wahai Rasulullah,  sesungguhnya kainku longgar ke bawah (melorot),  kemudian Rasulullah menjawab : “Kamu Wahai Abu Bakar bukan yang mengerjakannya dengan sombong”. Kita katakan : Diawal,  Abu Bakar Radhiallahu anhu tidak termasuk yang mempererat ikatan sarung (pakaiannya), kemudian membiarkannya turun dibawah mata kaki, tetapi ia memperetat ikatan sarungnya (pakaiannya)  dan diatas mata kaki,  namun setelah itu turun (melorot), dan Rasulullah Shallallallahu alaihi wasallam bersabda : “Kain sarung seorang muslim sebatas setengah betis, dan tidak berdosa antara batas setengah betis hingga dua mata kaki” dan seperti ini tentang larangan seorang yang mengukur celana dengan menutupi mata kakinya, dan darinya juga yang memanjangkan lengan bajunya secara tambahan,  dan semua ini seorang yang sombong,  yang menyembunyikan nya dalam diri-dirinya. 
(Siyar A’lam an-Nubala : 4/320)

PENUTUP
kesimpulan dari hal ini bahwa isbal itu perkara yang diharamkan,  baik sombong ataupun tidak sombong, jika sombong maka dosanya bertambah,  hal ini karena berdasarkan Hadits-hadits yang jelas dan telah kita sebutkan,  dan juga perkataan para ulama mengenai hal ini. maka seyogyanya bagi kita ittiba kepada Rasulullah , semoga Allah memberikan hidayah dan taufiqnya,  dalam menjalankan perintah dan larangannya
 
Wallaahu ‘Alam Bishowwab.

Akhukum Rizqi Mujahid Fillah Hafizhullah

Komentar

Postingan Populer