Dosa? Merasa bersalah


Kalau dosa lama atau baru saja, masih terngiang-ngiang dan merasa bersalah, walaupun masih ada terbitan ingin melakukannya, itu masih patut disyukuri. Lalu saat masuk masjid ada rasa was-was cemas karena malu juga pada Allah, tiap hari masuk masjid tapi tiap hari berbuat salah, itu masih patut disyukuri. Lalu saat shalat mengingat rendahnya dirinya karena kesalahan-kesalahan itu, sekalipun mungkin belum bertaubat, itu masih patut disyukuri. Karena perasaan-perasaan itu insya Allah akan ada BOOM-nya. Akan ada pecahnya juga tangisannya.

Memang, asalnya benar perkataan 'jangan tunda taubat'. Tapi, jangan remehkan perasaan bersalah dan kesalahan yang terus terngiang.

Malah, lebih ngeri jika kita tahu 'fulan telah berbuat salah/maksiat', tapi yang kita ingat kesalahan dia. Ketika ingat dia, ingat kesalahan dia. Ketika bertemu dia, masih tahu bahwa dia ketahuan maksiatnya. Lalu apa yang kita ingat tentang diri kita? Ingatnya, kita masih baik. Masih bagus.

Bisa jadi dia hampir setiap hari menangis merasa bersalah, matanya atau mata hatinya. Yang tangisan-tangisan itu tidak pernah kita tahu, dan belum pernah kita lakukan. Sementara kita merasa semua aman.

Bersyukur jika merasa malu tersebab kesalahan sendiri. Jika tidak merasa punya salah/maksiat, takutlah. Koreklah diri. Carilah kesalahan diri. Jika tidak ketemu, semakin takutlah. Keburukan ada pada kita. Apa kita tidak merasa ngeri saat mengaca, diri kita tidak kelihatan?

Orang yang tidak tahu posisi dirinya, adalah yang tidak tahu malu. Orang yang tidak tahu malu, selalu adalah yang tidak berkaca diri. Mungkin kacanya sering dipinjamkan ke orang lain. Sehingga, orang lain membaik, dirinya memburuk. Itulah ketika kita terbiasa mengkritik dan lupa diri.

Komentar

Postingan Populer