Ramadhan telah meninggalkan kita, tapi bukan berarti amalan sholih yang biasa kita kerjakan dibulan suci Ramadhan berhenti begitu saja, Amalan sholih ini perlu dilanjutkan. Baik dari sisi Tadarus Al-Quran nya, sedekahnya, sholat berjamaah nya, Qiamullail nya, Shaum nya, membantu orang lain, dan juga ibadah-ibadah lainnya.
Ramadhan mengajarkan kepada kita banyak hal yang positif, diantaranya kita mengetahui tentang arti perjuangan, perjuangan untuk meluangkan waktu untuk bertaqorub kepada Allah, dengan tilawah Al-Quran, memperbanyak berdzikir, dan yang lainnya.
Mengajarkan kepada kita pengorbanan dalam harta, untuk selalu bersedekah untuk orang-orang yang berbuka, bersedekah untuk fakir dan miskin
Mengajarkan kita untuk bersabar, bersabar dalam perkara yang dilarang oleh Allah, bersabar dalam mentaati Allah, dan bersabar ketika datang nya musibah.
Ramadhan mentarbiyah kita untuk menjadi pribadi orang yang semakin bertakwa, Allah Azza wajalla berfirman
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَیۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ یَـٰۤأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!(Surat Al-Baqarah 197)
Bagaimana kita Menjaga Semangat ibadah itu Setelah Ramadhan?
Pertama. Adalah Mengingat Nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kita, yang tidak terhitung jumlahnya, baik yang dzhohir ataupun yang batin. Allah Azza wajalla berfirman
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَاۤۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورࣱ رَّحِیمࣱ
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (An-Nahl ayat 18)
Dan Allahlah memberikan kepada berbagai nikmat itu kepada kita, nikmat iman dan islam, dan juga nikmat kesehatan. Allah Azza wajalla berfirman
وَمَا بِكُم مِّن نِّعۡمَةࣲ فَمِنَ ٱللَّهِۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فَإِلَیۡهِ تَجۡـَٔرُونَ
Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.
(Surat An-Nahl 53)
Ketika kita mengingat nikmat Allah, maka ketika Berusaha Bersyukur,Allah Subhanahu wataala berfirman
لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
(Surat Ibrahim 7)
Cara bersyukur adalah dengan memperbanyak Amal Sholih jika kita benar-benar mencintai Allah Dan Rasul nya. Allah Azza wajalla Berfirman
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِی یُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
[Surat Ali 'Imran 31]
Supaya tidak lalai, maka lihatlah orang yang dibawah kita, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عليكم
"Pandanglah orang yang berada dibawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian, itu lebih laik membuat kalian tidak mengkufuri nikmat Allah."
(H.R Muslim)
Kedua. Memperbaiki Keikhlasan dalam beramal, Maknanya kita meniatkan suatu amalan hanya untuk Allah, tidak dicampuri kesyirikan, atau menyekutukan Allah, kemudian ia tidak mengharapkan pujian manusia dalam beramal, atau mengharapkan dunia, karena itu akan Merusak amalan. Kemudian mengharapkan balasan diakhirat dari amalan yang telah dilakukan.
Jangan kita merasa bangga terhadap amalan yang kita lakukan di Ramadhan, karena belum tentu amalan kita diterima, tapi semoga Allah menerima amalan kita, Aamiin
Sesungguhnya ikhlasnya beramal merupakan pondasi agar amalan diterima, dalam hadits yang masyhur yang berada pada urutan pertama dalam kitab Arbain Nawawi dan juga dalam Shohih Bukhori. Dari Abu Hafsh Amirul Mukminin Umar bin Khothotb Radhiallahu anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إنما الأعمال بالنيات و إنما لكل امرئ ما نوى
Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang dia niatkan.
(H.R Bukhari Muslim)
Sudah sepatutnya bagi orang yang menginginkan keselamatan dunia dan akhirat terus memeriksa dan memperbaiki keikhlasan dalam semua perkaranya, baik besar atau kecil, baik yang terlihat atau tersembunyi
Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah pernah berkata mengenai beratnya meluruskan niat
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي, لأنها تتقلب علي
Tidak ada sesuatu pun yang lebih sulit untuk aku atasi dari meluruskan niatku, karena niat itu terbolak-balik dalam diriku.
Inilah perkataan seorang imam besar, Sufyan Ats-Tsauri yang berat untuk meluruskan niat, lalu bagaimana dengan kita??! Maka lebih utama setiap waktu kita meluruskan niat
Jangan sampai amalan kita sia-sia hanya karena riya (ingin dipuji) atau sum'ah (ingin didengar) dalam beramal. Allahul mustaan
Ketiga. Memperbanyak Do'a kepada Allah Azza wajalla, karena ia akan memudahkan urusan kita, doa juga merupakan ibadah
Dari hadits Anas bin Malik, diriwayatkan dalam Shohih Muslim, Anas Radhiallahu anhu berkata
كان رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ
يَقُولَ : " يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbiasa membaca do'a "YA MUQALLIBAL QULUUB TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA (wahai Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu)."
(H.R At-Tirmidzi no. 2140, dan Ahmad no. 12107)
Wasiat Rasulullah kepada Muadz bin Jabal Radhiallahu anhu
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ، لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengucapkan, "ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIK" (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.)
(H.R Abu no. 1522, An-Nasai no. 1303)
Keempat. Berusaha Gemar dalam Menuntut Ilmu Syar'i, niatkan karena Allah, dengan cara banyak duduk dengan ulama, dan orang sholih, dan memperbanyak diri untuk membaca.
Ilmu Syar'i adalah perkara yang agung, yang dengannya seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Tanpa ilmu agama, seseorang akan binasa. Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ، مَلْعُونٌ مَا فِيهَا، إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ، وَمَا وَالَاهُ، وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat. Semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali dzikrullah serta orang yang berdzikir, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama”
(HR. At Tirmidzi no. 2322, Ibnu Majah no. 4112, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Belajarlah ilmu karena Allah, sesungguhnya belajar karena Allah, akan menambah rasa takut, mencari ilmu itu ibadah, pembelajarannya itu tasbih, mencari ilmu itu jihad, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui itu sedekah, dan pengorbanannya yang besar itu suatu taqarrub kepada Allah,
Dialah seorang yang selalu bersahabat bersama ilmu, Ilmu menunjukkan kepada kebahagiaan, menolong ketika dalam kesulitan, dan merupakan pilar untuk menuju syurga-Nya
Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu, maka ia akan menjadikan mereka selalu dalam kebaikan, menjadikan pimpinan dan tuntunan untuk diikuti oleh yang lainnya.
Diam nya itu menunjukkan kepada kebaikan, karena penuntut ilmu akan memberikan bekas yang baik, para malaikatpun menginginkan untuk bersama para penuntut ilmu, dengan mengepakkan sayapnya disekelilingnya, menaunginya, melindungi para penuntut ilmu, dan memohon ampun untuk mereka setiap saat.
Ikan-ikan yang berada di lautpun dan juga binatang yang buas di darat dan di laut memintakan ampun untuk penuntut ilmu begitupun langit dan bintang-bintangnya
Dari Abu Darda radhiyallahu Anhu, saya mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ، وَمَنْ فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sungguh malaikat menghamparkan sayapnya karena ridho kepada penuntut ilmu, dan sungguh seorang ulama itu dimohonkan ampun baginya penduduk langit dan bumi, sampai ikan di kedalaman laut. Dan sungguh keutamaan orang yang berilmu di atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan di malam purnama di atas seluruh bintang-bintang, dan sungguh para ulama adalah pewaris para nabi, dan sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang melimpah.”
(Shohih, HR. Abu Daud no. 3241, At-Tirmidzi no. 2682)
Dan orang yang sibuk dengan ilmu itu lebih baik dan lebih mulia, daripada salat sunah, puasa, tasbih, doa. karena sesungguhnya ilmu yang bermanfaat, akan memerintahkan kepada jalan yang benar untuk sahabatnya, dan juga untuk manusia. Sedangkan nawafil atau yang sunnah secara badaniah dibatasi untuk sohibnya saja,
Seorang yang berilmu akan selalu taat dalam hidupnya, baik dalam bertutur kata, sampai dia wafat sedangkan orang yang memiliki harta akan hilang dengan seiringnya zaman, Orang yang Berilmu itu akan tetap kekal sampai rentang yang lama, Sedangkan harta tidak kekal seperti orang yang berilmu.
Ilmu itu akan masuk membersamainya ketika memasuki alam kubur, sedangkan Shohib harta, akan dia tinggalkan hartanya ketika meninggal, dan tidak akan dibawa ke alam kubur.
ilmu yang bermanfaat itu tidak akan didapatkan, kecuali orang-orang yang beriman, Sedangkan harta itu didapatkan bisa oleh orang kafir, orang baik ataupun orang mukmin ataupun orang fajir.
Ilmu itu akan dibutuhkan oleh siapa saja baik oleh raja ataupun Ketua Pimpinan, sedangkan Shohib harta itu hanya dibutuhkan oleh orang yang tidak mempunyai harta ataupun miskin.
Marilah kita memperbaiki diri dengan menuntut ilmu syar’i, meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,
Kelima. Meningkatkan keimanan kepada hari Akhir, Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu ia berkata Rasulullah shallallahu wasallam bersabda
أكثروا ذكر هاذم اللذات
Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (Kematian)
(H.R At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasai no. 1824)
Allah Azza Wajalla Berfirman
وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأۡتِیَكَ
Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.
(Surat Al-Hijr 99)
Oleh : Akhukum Rizqi Mujahid Fillah
Semoga Allah mudahkan kita dalam ketaatan dan keistiqomahan.. Aamiin
Komentar
Posting Komentar