Penghafal Al-Qur'an
Menjadi penghafal Al-Quran merupakan impian banyak orang, sebuah amalan mulia yang bisa menjadi sarana untuk meraih derajat tinggi di surga. Rasululloh shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya :
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya"
Berbagai keutamaan yang lain pun cukup banyak disebutkan baik dalam Al-Quran maupun hadits, tak heran jika banyak yang berusaha merancang metode terbaik dalam menghafalkannya. Disini penulis akan menyebutkan 3 metode umum dalam menghafal Al-Quran :
1. Metode Tahririyyah
Metode ini memiliki kekhususan dimana seorang santri akan dituntut untuk menulis Al-Quran diatas sebuah papan sebelum mulai menghafalkannya. Adapun cara menuliskannya bukan menyalin dari mushaf, akan tetapi seorang musyrif akan mendiktekan ayat Al-Quran untuk kemudian ditulis oleh para muridnya. Oleh sebab itu, disamping menghafal mereka juga dituntut untuk memahami ilmu Rosm Utsmani.
Metode ini sendiri banyak dipraktekan oleh para pengajar Al-Quran di benua Afrika. Salah seorang teman kuliah kami pernah menuturkan bahwa metode ini akan membuahkan hafalan yang sangat kuat. Terbukti bahwa teman kami tersebut memiliki hafalan yg sangat lancar. Bahkan saat kami iseng bertanya tentang suatu kata dalam Al-Quran, ia mampu menyebutkan berapa kali kata tersebut diulang dalam Al-Quran, pada ayat mana saja, serta bentuk penulisannya dalam mushaf.
2. Metode Syafahiyyah
Metode satu ini cukup akrab di tanah air kita, atau jika boleh kita katakan metode ini merupakan standar di berbagai lembaga tahfidz yang ada. Gambaran mudahnya ialah seorang santri membaca satu ayat kemudian diulang beberapa kali, setelah itu ia berpindah ke ayat berikutnya. Saat ayat kedua sudah berhasil dihafalkan maka ia akan kembali mengulangnya dari ayat yang pertama dan begitu seterusnya.
3. Metode Sam'iyyah
Metode ketiga ini berfokus pada pendengaran, dimana seorang santri akan diminta mendengarkan satu ayat secara berulang-ulang baik secara langsung dari seorang guru maupun menggunakan rekaman murottal hingga hafal diluar kepala.
Diluar sana tentu banyak metode-metode lain yang pernah kita dengar, sebagian besarnya mungkin merupakan modifikasi dari 3 metode diatas. Semua memiliki tujuan yang sama : mengarahkan para santri untuk memiliki hafalan yang mutqin alias kokoh sebagaimana gunung yang tak pernah gentar dihantam badai.
Namun satu hal yg perlu kita catat bahwa tak ada hal yang instan dalam menuntut ilmu, termasuk menghafal Al-Quran. Butuh perjuangan dan ketekunan dalam meraihnya. Para ulama telah banyak menjelaskan bahwa ilmu tak akan diraih oleh mereka yang kesehariannya hanya berleha-leha.
Ketuhilah bahwa jalan menuntut ilmu itu penuh dengan ujian dan rintangan. Dan kualitas seseorang akan terlihat saat ujian itu datang. Sebagaimana kualitas sebuah dirham akan diketahui dari suara yang muncul saat ia dijatuhkan. Sebab antara dirham berkualitas tinggi dan yang rendah memiliki suara khas yang berbeda. Imam Asy Syatibi rohimahulloh pernah menuturkan dalam mandhumahnya :
وعند صليل الزيف يصدق الابتلاء
wallahu a'lam.
-------------------------
Mari berusaha untuk menjadi penghafal Al-Quran yang berkualitas.
Referensi :
Al Mukhtashor Al Mufid fi 'ilmi At Tajwid
Ibrozul Ma'ani, Abu Syamah
Oleh : Ustad Afit Iqwanudin
Komentar
Posting Komentar