Kekayaan yang Sebenarnya
Kekayaan adalah kekayaan hati, kefakiran adalah kefakiran hati.
Jangan bersedih dan jangan berduka cita, jika anda ditakdirkan menjadi orang fakir miskin, dan jangan dulu senang jika ditakdirkan menjadi orang kaya. Miskin dan kaya bukan ukuran seseorang hina atau mulia. Lebih baik menjadi orang yang miskin harta, tetapi kaya hati daripada kaya harta, tetapi miskin hati dengan minimnya iman dan amal shalih
Dari Sahabat Abu Hurairah Radhiallahu anhu, Dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
"Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta dunia, akan tetapi kekayaan yang hakiki itu adalah kaya akan jiwa." (H.R Bukhari no 6446, Muslim no. 4137)
Merasa ridho dan cukup atas pemberian dari Allah, Qonaah atas rezeki yang telah diberikan kepada kita, jika kita diberi nikmat, maka dia bersyukur.
Lihatlah kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan para Sahabat nya, beliau hidup di Madinah dalam keadaan miskin, padahal beliau adalah pemimpin para Nabi dan Rasul. Demikian pula para Sahabat Radhiallahu anhum banyak yang miskin, tetapi mereka menjadi sebaik-baiknya manusia setelah Nabi mereka, bukan karena harta dan kekayaan, tetapi karena iman dan amal shalih.
Rezeki ini sudah bagi semuanya. Allah Subhanallahu Wataala berfirman
إِنَّ رَبَّكَ یَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن یَشَاۤءُ وَیَقۡدِرُۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِعِبَادِهِۦ خَبِیرَۢا بَصِیرࣰا
Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
[Surat Al-Isra' 30]
Semoga Bermanfaat
Barakallahu fiikum
Komentar
Posting Komentar