Sembunyikan Aib-mu & Segera Iringi dengan Kebaikan Setelahnya
Di tempat cukur, sekilas kami melihat acara TV, ternyata sedang bongkar aib keluarga/ sang istri di wawancara tentang suaminya yang begini dan begitu (selingkuh), kemudian dibantu investigasi oleh tim TV. Ternyata banyak acara semisal ini dan yang menonton juga banyak. Alhamdulillah di rumah kami tidak ada TV sejak dahulu (TV untuk channel-channel bermanfaat boleh saja). Tugas, target dan peran kita masih banyak, sedangkan umur dan waktu sedikit sekali. Mari kita lakukan yang bermanfaat untuk diri kita.
Yang kami sorot di sini adalah mudahnya seseorang mengumbar aibnya, misalnya berkata:
“Gue gak mau munafik, gue ini begini dan begitu juga (sebutkan maksiat yang ia lakukan)”
Atau di zaman sosial media seperti ini, bisa jadi ada orang yang meng-upload dengan mudah berbagai masalahnya dan aibnya di sosial media yang dibaca banyak orang (curhat di sosmed).
Sembunyikan aib dan dosa kita
Kita diperintahkan menyembunyikan aib kita. Jika aib diumbar, dikhawatirkan termasuk orang yang “muhajir”, yaitu terang-terangan membuka maksiat dan aibnya (bisa jadi bangga). Allah tidak mengampuni yang semisal ini.
.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap ummatku diampuni kecuali mujahir (orang yang membuka aib sendri), dan termasuk perbuatan membuka aib, seperti seorang hamba yang melakukan sebuah perbuatan pada malam hari kemudian keesokan harinya ia berkata,
‘Wahai, fulan ! Tadi malam aku telah melakukan ini dan itu,’
Padahal malam harinya Allah menutupi perbuatannya, akan tetapi keesokan harinya ia membuka penutup yang Allah telah berikan”. (HR. Muslim)
Allah sangat sayang kepada kita, sangat banyak aib kita yang ditutup oleh Allah. Sekiranya dosa dan maksiat memiliki rupa dan bentuk, niscaya manusia tidak akan mau mendekati kita. Sekiranya manusia tahu dosa yang kita lakukan ketika sendiri, niscaya manusia akan merasa “eneg” dan tidak hormat kepada kita.
BACA SELENGKAPNYA:
https://muslimafiyah.com/sembunyikan-aib-mu-segera-iringi-dengan-kebaikan-setelahnya.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
Komentar
Posting Komentar