Yakni seorang yang datang terlambat, dan mendapati imam sudah membaca surat setelah Al-Fatihah, lalu apakah ia terhitung satu rakaat? Para ulama madzhab sepakat tentang hal ini bahwa ia terhitung mendapati satu raka'at, karena ia telah masuk dalam jama'ah, maka imam mencakupi makmum yang masbuq dalamnya, sehingga makmum telah terhitung satu raka'at, atau juga jika seorang mendapati imam dalam keadaan ruku' maka ia mendapati satu rakaat, selama ia melakukan takbiratul ihram dalam keadaan berdiri tegak.
Hal ini merupakan kesepakatan 4 Madzhab, yakni Madzab Imam Abu Hanifah, Madzhab Imam Maliki, Madzhab Imam Syafii, dan Madzhab Imam Ahmad.
Imam Ibnu Abdil Barr, Ulama besar dalam madzhab Imam Malik, beliau Berkata
وأما المأموم فالإمام يحمل عنه القراءة لإجماعهم على أنه إذا أدركه راكعا أنه يكبر ويركع ولا يقرأ شيئا ولا ينبغي لأحد أن يدع القراءة خلف إمامه في صلاة السر الظهر والعصر والثالثة من المغرب والأخرتين من العشاء فإن فعل فقد أساء ولا شيء عليه عند مالك وأصحابه وأما إذا جهر الإمام فلا قراءة بفاتحة الكتاب ولا بغيرها
"Dan adapun makmun, maka seorang imam membawa/memikul bacaan Al-fatihah makmum karena berkumpulnya mereka bahwa apabila ia ( si masbuq) mendapati ruku (bersama imam), bahwa ia bertakbir dan ruku' dan dia tidak membaca sesuatupun. Tidak seyogyanya seorangngpun meninggalkan bacaan (Al-fatihah) dibelakang imam dalam sholat sirr (pelan) pada Sholat Dzuhur, Ashar, dan rakaat ketiga dari Maghrib, dan dua rakaat terakhir sholat Isya, jika ia ia melakukannya (yakni meninggalkan membaca Al-fatihah), maka ia telah melakukan sesuatu yang buruk dan tidak mendapatkan apa-apa atasnya dan ini merupakan pendapat Imam Malik dan Ashabnya (Ulama dalam Madzhab Malikiyyah) dan adapun jika imamnya menjahrkan, maka tidak (wajib) membaca Al-Fatihah dan surat yang lainnya". (Al-Kafi Fi Fiqhil Madinah : 1/201)
Dalam Madzhab Syafii dijelaskan, Imam Nawawi Rahimahullah berkata :
وتسقط الفاتحة عن المسبوق ويتحملها عنه الإمام
"Gugurnya membaca al-Fatihah bagi masbuq, dan seorang imam membawa (memikul bacaan Al-fatihah) (Al-Majmu' : 3/326)
Dalam Madzhab Hanbali dijelaskan, Syaikh Manshur Al-Buhuti Rahimahullah berkata
ومن أدرك الركوع مع الإمام بأن اجتمع معه فيه، بحيث ينتهي إلى قدر الإجزاء من الركوع، قبل أن يزول إمامه عن قدر الإجزاء منه (دون الطمأنينة) أي: ولم يدرك الطمأنينة (معه اطمأن ثم تابع) إمامه (وقد أدرك الركعة) " لحديث «من أدرك الركوع فقد أدرك الركعة» "
Barangsiapa yang mendapati rukuk bersama imam dengan masuknya ia kedalam jamaahnya, dimana selesainya dengan ukuran cukup dari ruku, sebelum hilangnya ukuran cukup (tanpa tumaninah) yakni tidak mendapati tumakninah (dia datang tumakninah kemudian mengikuti imamnya) maka sungguh ia telah mendapatkan satu rakaat seperti dalam suatu hadits "barangsiapa yang mendapati ruku maka sungguh ia telah mendapatkan satu rakaat" HR Abu Daud (Syarhul Muntahl Iradah : 1/262)
Selain 4 Madzhab, dinukil bahwa ini juga pendapat dari kelompok dari salaf, dan juga disebutkan bahwa hal ini ijma' atau merupakan kesepakatan ulama Ibnu Rajab Rahimahullah berkata
مَن أدرك الركوعَ مع الإمام، فقد أدرك الركعة، وإنْ فاته معه القيامُ وقراءة الفاتحة، وهذا قولُ جمهور العلماء، وقد حكاه إسحاقُ بن راهويه وغيرُه إجماعًا من العلماء، وذكَر الإمام أحمد في رواية أبي طالبٍ أنَّه لم يخالفْ في ذلك أحدٌ من أهل الإسلام، هذا مع كثرة اطِّلاعه وشدَّة ورَعه في العِلم وتحرِّيه، وقد رُوي هذا عن عليِّ، وابن مسعود، وابن عُمر، وزيد بن ثابت، وأبي هريرة- في رواية عنه، رواها عبد الرحمن بن إسحاق المديني، عن المقبُري، عنه
"Barangsiapa yang mendapatkan ruku bersama imam, maka sungguh ia mendapatkan satu rakaat, walaupun ia luput bersama imam untuk berdiri dan membaca Al-Fatihah, dan ini merupakan pendapat jumhur ulama, dan Ishaq bin Rahawaih dan yang lainnya telah menceritakan bahwa ini merupakan ijma(kesepakatan) ulama, Imam Ahmad telah menyebutkan pada riwayat Abi Thalib bahwasannya tidak ada yang menyelisihi sesuatupun dari Ahlul Islam, dan ini menunjukan akan penelitiannya yang banyak, dan kewaraannya dalam ilmunya dan juga pemeriksaannya, dan sungguh telah diriwayatkan juga dari Ali Bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah Bin Umar, Zaid Bin Tsabit, Abu Hurairah pada riwayat tentangnya, Telah diriwayatkan Abdurrahman bin Ishaq Al-Madini, Dari Al-Maqburiy, tentangnya" (Fathul Bari Ibnu Rajab : 7/109)
Imam Ibnu Abdil Barr Rahimahullah berkata
مَن أدرك ركعةً من الصلاة فقد أدرك الصلاةَ، وقد أجمَعوا أنَّ إدراكها بإدراكِ الركوع مع الإمام ((الاستذكار)) (2/32).
Barangsiapa yang mendapati satu rakaat sholat, maka ia sungguh telah mendapati sholat, dan sungguh telah Ijma (Sepakat) bahwa ia dapat (satu rakaat) dengan mendapati ruku bersama imam (Al-Istidzkar : 2/32)
Imam Nawawi Rahimahullah berkata
إدراكُ الركعة بإدراك الركوعِ هو الصوابُ الذي نصَّ عليه الشافعي، وقاله جماهيرُ الأصحاب وجماهيرُ العلماء، وتظاهرتْ به الأحاديثُ، وأطبَق عليه الناس) ((المجموع)) (4/216).
Satu Rakaat dapat dengan mendapati ruku (bersama imam), dan ini adalah yang benar yang terdapat dalam nash Imam Syafii, dan jumhur Ashab (Ulama dari Madzhab Syafii), dan juga jumhur ulama, dan telah nampak hadits-hadits tentangnya, dan telah dipraktekkan oleh masyarakat (Al-Majmu : 4/215)
Hal ini juga berdasarkan dalil shohih tentang kisahnya Abi Bakrah Radhiallahu anhu, yang tidak disuruh untuk mengulangi lagi sholatnya, dan ini juga bukti bahwa ketika ia mendapati imam ruku, ia terhitung satu raka'at
عن أَبي بَكْرة رَضِيَ اللهُ عنه، أنَّه انتهى إلى النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وهو راكعٌ، فركَعَ قبل أن يَصِلَ إلى الصفِّ، فذَكَر ذلك للنبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم فقال: ((زادَكَ اللهُ حِرصًا، ولا
تَعُدْ)).
Dari Abu Bakrah bahwa dia pernah mendapati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum sampai ke dalam barisan shaf. Kemudian dia menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun jangan diulang kembali."
(HR Al-Bukhari no 783)
Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah mengomentari tentang hadits ini, yang menjadi aspek pendalilan
أنَّه لم يأمُرْه النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بقضاءِ تِلك الركعةِ، فلمَّا لم يأمُرْه، عُلِمَ أنَّها صحيحةٌ، وأنَّه مُعتَدٌّ بها
Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak menyuruh untuk mengqodho rakaat tersebut, maka ketika tidak diperintahkannya, diketahui bahwa sholat nya sah, dan bahwasannya ia terhitung serakaat (Syarhul Mumti : 4/171)
Dalil yang kedua terdapat dari Atsar Zaid bin wahb tentang kisah dirinya tertinggal masbuq, dan mendapati imam sedang dalam keadaan ruku', bersamanya juga Abdullah bin Masud Radhiallahu anhu berkata engkau telah mendapati rakaatnya.
عن زيدِ بنِ وهبٍ، قال: إنَّه كان وابن مسعود، وإنَّهما ركعَا دون الصفِّ، قال: فلمَّا فرَغَ الإمامُ قُمتُ أقضي، وأنا أرى أنِّي لم أُدركْ، فقال ابنُ مسعودٍ: قد أدركتَه
Dari Zaid bin Wahb, dia berkata : sesungguhnya ia dan Ibnu Mas'ud, mereka berdua ruku' belum sampai shaf, dia berkata melanjutkan : Maka ketika imam selesai sholat, maka aku berdiri untuk menqqodonya, dan saya menganggap bahwasannya saya belum dapat (raka'at), Maka Ibnu Mas'ud Radhiallahu anhu berkata :
Sungguh engkau telah mendapati nya (rakaat). (Riwayat Mushonnaf Abdur Razak no 3381, Thobroni dalam Al-Mujam Al-Kabir no 9354, At-Thohawi dalam kitab Syarhul Maani Al-Atsar no 2322, dan dishohihkan Albani dalam Irwa Al-Gholil : 2/263)
Syaikh Manshur Al-Buhuti, seorang ulama besar dalam Madzhab Hanbali, beliau juga pernah berkata mengenai alasannya
لأنَّه لم يَفُتْه من الأركانِ غيرُ القيامِ، وهو يأتي به مع التكبيرةِ، ثم يُدركُ مع الإمامِ بقيَّة الركعةِ
Karena sesungguhnya ia tidak luput dari rukun-rukun (sholat), selain Berdiri, dan ia (Si Masbuq) datang dengannya takbiratul ihram, kemudian mendapati bersama imam, sisa dari rakaat tersebut (Kassyaful Qina' : 1/460)
Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah juga berkata
أنَّ عدمَ إدراكِ القيام الذي هو محلُّ قراءة الفاتحةِ، يُسقِطُه من أجلِ متابعةِ الإمامِ، ويَسْقُط ما يجب فيه
Bahwasannya ketika ia tidak mendapati berdirinya (imam) yaitu dimana ia (imam) membaca al-fatihah, maka gugur (kewajibannya) karena mengikuti imam, dan gugur apa yang diwajibkan kepadanya. (Majmu' Fatawa wa Rasail Al-Utsaimin : 13/121)
Wallahu A'lam bisshowab
Al-Faqiir Ila Afwi Rabbih Rizqi Mujahid Fillah
Komentar
Posting Komentar